- Pandangan Teori Konstruktivisme tentang Belajar
Menurut teori
konstruktivisme, belajar tidak sekedar menghafal. Agar siswa benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan yang diperolehnya maka siswa perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya dan bergelut dengan ide-ide.
Guru
tidak mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
mengkonstruksi pengetahuan di dalam benak mereka sendiri. Guru
dapat memfasilitasi proses ini dengan cara:
1. Membuat informasi bermakna dan relevan dengan kebutuhan
siswa.
2. Memberi siswa kesempatan menemukan atau menerapkan
ide-ide mereka sendiri.
3. Menyadarkan siswa untuk menerapkan stategi mereka sendiri
dalam belajar.
Esensi teori
konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus secara individu menemukan dan
mentransformasikan informasi kompleks apabila mereka menginginkan informasi itu
menjadi miliknya.
Menurut teori ini,
di dalam belajarnya, siswa harus aktif menemukan dan menerapkan informasi
kompleks, mengecek informasi baru, membandingkan dengan aturan lama, dan
memperbaiki aturan itu apabila sudah tidak sesuai lagi. Perubahan kognitif
terjadi apabila konsep-konsep sebelumnya mengalami disekuilibrasi saat
dikaitkan dengan informasi baru.
Teori ini menganjurkan
peranan yang lebih aktif bagi siswa di dalam pembelajaran mereka sendiri
dibandingkan dengan apa yang saat ini dilaksanakan pada mayoritas kelas. Karena
penekanannya pada peran aktif siswa, strategi konstruktivisme sering disebut
Pengajaran berpusat pada siswa (student centered instruction). Di dalam kelas
yang berpusat pada siswa, peran guru adalah membantu siswa menemukan fakta,
konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberi ceramah atau
mengendalikan seluruh kegiatan kelas.
- Sejarah Konstruktivisme
Konstruktivisme lahir dari gagasan
Piaget dan Vygotsky, keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi
jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah menjadi suatu
proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi baru. Menekankan
adanya hakikat social dari belajar, untuk menggunakan kelompok belajar dengan
kemampuan anggota kelompok berbeda-beda.
Konstruktivisme modern yang berlandaskan pada teori
Vygotsky menekankan pembelajaran kooperatif, berbasis kegiatan dan penemuan. Empat
prinsip kunci yang diturunkan dari teorinya antara lain:
1. Siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan
teman sebaya yang lebih mampu. Dikenal prinsip hakikat
social belajar
2. Siswa
belajar paling baik apabila konsep itu berada di dalam zona perkembangan
terdekat mereka (Zone of proximal development). Yaitu tingkat perkembangan
actual dan tingkat perkembangan potensial
3. Prinsip
pemagangan kognitif (cognitive apperenticeship), mengacu kepada proses
seseorang yang secara tahap demi tahap memperoleh keahlian dalam interaksinya
dengan pakar.
4. Prinsip
Scaffolding atau mediated learning, adalah dukungan tahap demi tahap untuk
belajar dan pemecahan masalah.
- Pandangan Konstruktivis dalam Pembelajaran
Implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut:
- Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. Disaping kebenaran jawaban, siswa harus memahami proses yang digunakan siswa sehingga sampai pada jawaban tersebut.
- Proses Top – Down.
Pendekatan konstruktivisme dalam pembelajar lebih
menekankan kepada pengajaran top-down ketimbang bottom-up. Top-down berarti
bahwa siswa mulai belajar dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan
dan selanjutnya menemukan ketrampilan-ketrampilan dasar yang diperlukan.Berbeda
dengan pembelajaran tradisional yang menekankan bottom-up, yang memulai dari
keterampilan-keterampilan dasar, berangsur-angsur keketerampilan yang lebih
tinggi dan seterusnya sampai keterampilan yang kompleks.
- Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)
Pembelajaran
penemuan merupakan satu komponen penting di dalam pendekatan konstruktivisme.
Di dalam pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar
melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep,
prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan
percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip tersebut.
Belajar
dengan penemuan memiliki beberapa keuntungan antara lain: membangkitkan
keingintahuan, memotivasi mereka untuk melanjutkannya dengan penelitian
sehingga mereka menemukan jawabannya, belajar memecahkan masalah secara mandiri
dan berlatih berpikir kritis (Nur, dkk, 2002)
- Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan teori bahwa siswa lebih
mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling
mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya, maka pendekatan konstruktivisme
dalam pengajaran dilakukan melalui pembelajarn kooperatif.
Pada pembelajaran kooperatif, siswa
secara rutin bekerja dalam kelompok 4-5 orang yang berkemampuan berbeda, untuk
saling membantu memecahkan masalah yang kompleks.
- Pembelajaran Generatif
Strategi
pembelajaran generatif mengajarkan siswa metode-metode spesifik dalam melakukan
kerja mental menangani informasi baru. Pembelajaran generatif didasari teori
yang menekankan pengintegrasian aktif materi baru denga skema yang ada di benak
siswa.
- Pembelajaran dengan Pengaturan Diri (Self regulated learning)
Konstruktivisme memiliki wawasan siswa
ideal, yaitu siswa sebagai seorang pebelajar yang memiliki kemampuan mengatur
dirinya sendiri (Self regulated learner). Siswa yang mampu mengatur dirinya
sendiri adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar
efektif dan tahu bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu.
- Scaffolding
Scaffolding didasarkan pada konsep
Vygotsky tentang pembelajaran berbantuan. Fungsi mental yang lebih tinggi,
termasuk kemampuan untuk mengarahkan memori dan atensi untuk tujuan tertentu
dan kemampuan untuk berpikir dengan symbol-simbol, adalah perilaku yang
memerlukan bantuan media.
Scaffolding berupa pemberian bantuan
kepada siswa berupa bantuan yang lebih terstruktur pada awal pelajaran dan
secara bertahap mengalihkan tanggungjawab belajar kepada siswa untuk bekerja
atas arahan diri mereka sendiri.
- Mengajarkan Pemecahan Masalah dan Keterampilan Berpikir
a. Pemecahan
Masalah
Disadari atau tidak oleh seorang guru, menurut Gagne,
bahwa hakikatnya hasil belajar yang paling tinggi yang harus dicapai adalah
kemampuan untuk memecahkan masalah.
b. Keterampilan
Berpikir
Program keterampilan berpikir yang paling luas dikenal
adalah instrumental enrichment. Yaitu program keterampilan berpikir di mana
siswa mengerjakan latihan tes tertulis yang dirancang untuk mengembangkan
berbagai kemampuan intelektual.
- Ciri-ciri Pendekatan Konstruktivisme
Beberapa cirri konstruktivisme dalam pembelajaran dapat
diidentifikasi antara lain sebagai berikut:
- Mencaritahu dan menghargai titik pandang/pendapat siswa
- Pembelajaran dilakukan atas dasar pengetahuan awal siswa
- Memunculkan masalah yang relevan dengan siswa
- Menyusun pembelajaran yang menantang dugaan siswa
- Menilai hasil pembelajaran dalam konteks pembelajaran sehari-hari
- Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena focus belajar mereka pada proses pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dengan pengalaman/pengetahuan lama yang mereka punyai.
- Setiap pandangan sangat dihargai dan diperlukan. Siswa didorong untuk menemukan barbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi.
- Proses belajar harus mendorong adanya kerjasama, tapi bukan untuk bersaing. Proses belajar melalui kerjasama memungkinkan siswa untuk mengingat pelajaran lebih lama.
- Kontrol, kecepatan dan focus pembelajaran ada pada siswa.
- Pendekatan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak terlepas dengan yang dialami langsung oleh siswa.
- Kendala yang Mungkin Muncul dalam Penerapan Pembelajaran Konstruktivisme
Untuk keberhasilan penerapan suatu inovasi perlu
diantisipasi kemungkinan hambatan dan kendala yang mungkin timbul. Di
dalam penerapan konstruktivisme di dalam kelas, kendala-kendala yang seringkali
muncul adalah sebagai berikut:
- Guru
a. Sulit
mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur bertahun-tahun menggunakan
pendekatan tradisional. Guru tidak tertarik untuk melaksanakan konstruktivisme,
karena guru konstruktivis dituntut untuk lebih kreatif dalam merencanakan
pelajaran, memilih dan menggunakan media.
b. Guru tetap mengajar dengan metode konvensional meskipun
sudah mengikuti penataran. Ciri metode konvensional itu terpusat pada guru,
chalk and talk, metode terbatas ceramah, tidak banyak alat peraga.
c. Guru beranggapan bahwa mengajar dengan metode
konvensional pun dapat mencapai tujuan. Guru beranggapan bahwa menggunakan
metode baru akan menghambat tercapainya target kurikulum. Mereka
beranggapan bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan banyak waktu.
d. Ada sejumlah guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikan mereka.
e. Guru
merasa kesulitan memberi contoh-contoh kongkrit dan realistic
f. Beban
guru sudah terlampau banyak
g. Guru
masih beranggapan bahwa mengajar itu untuk menghadapi tes dan menekankan kepada
drill. Guru mengajar sebagaimana mereka dulu diajar oleh guru mereka.
- Siswa dan Orang tua
a. Siswa
mengharapkan informasi dari guru, mencatat dan mengerjakan tes pilihan ganda
b. Siswa
beranggapan bahwa terlalu banyak bertanya itu tidak sopan
c. Siswa
telah terbiasa dengan pembelajaran yang berpusat pada guru
d. Siswa
dan Orang tua mungkin memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan proses belajar
dan mengajar yang baru.
- Kurikulum
a. Fleksibilitas
kurikulum mungkin masih sangat sulit diterima oleh guru yang terbiasa dengan
kurikulum yang terpusat
b. Pendekatan
konstruktivisme menuntut perubahan system evaluasi, yang munbgkin belum bias
diterima oleh otorita pendidikan dalam waktu dekat
c. Terlalu
banyak bidang studi yang harus dipelajari, kurikulum sarat.
- Menjadi Guru yang Konstruktivisme
- Guru yang konstruktivisme merangsang dan menerima inisiatif dan autonomi siswa
- Guru konstruktivisme menggunakan data mentah dan sumber primer bersama dengan manipulasi, interaktif dan materi fisik.
- Jika merancang tugas, guru konstruktivisme menggunakan istilah kognitif: klasifikasikanlah, analisislah, ramallah, prediksilah.
- Guru konstruktivisme mengguanakan respon siswa untuk mengarahkan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan mengubah isi pelajaran
- Guru konstruktivisme menggali pemahaman siswa tentang suatu konsep sebelum berbagi dengan pemahamannya sendiri tentang konsep itu.
- Guru konstruktivisme merangsang siswa untuk melakukan dialog, baik dengan guru maupun dengan sesame siswa.
- Guru konstruktivisme merangsang inkuiri dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan pemikiran, pertanyaan ujung terbuka, dan merangsang siswa untuk saling mengajukan pertanyaan sesamanya.
- Guru konstruktivisme memberikan waktu tunggu setelah mengajukan pertanyaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar