SELAMAT DATANG DI BLOGSPOT.SAGAMULYA

SELAMAT DATANG DI BLOGSPOT.SAGAMULYA

Kamis, 23 April 2015

TEORI PIAGET





.      Teori Piaget
Sejarah singkat “Jean Piaget” lahir di Swiss /Neucatel th 1896 sejak kecil usia 11 th  jean piget sudah belajar menulis karya ilmiah menulis tentang burung pipit albino , usia 15-18 th menulis hewan yang berbadan lunak tentang perbedaan struktur susunan tubuh di sesuaikan dengan diman hewan itu hidup, dilanjutkan  dengan mempelajari struktur mental di banding dengan perbedaan struk tur yang dipelajari sebelumnya.

       Dengan teori belajar yang disebut Teori Perkembangan Mental Anak (Mental atau Intelektual dan Kognitif) atau ada pula yang menyebutnya Teori Tingkat Perkembangan Berfikir Anak
       Struktur mental lebih sulit dipelajari dari pada struktur tubuh, srtuktur mental tersebut menurut  piaget diseut nscema/scemata
       Suatu proses  untuk mencari dan memberi tanggapan terhadap suatu brangsangan dengan melakukan hal secara terus menerus akan membentuk suatu kebiasaan dan kemampuan. Proses yang demikian disebut adaptasi.
       Adaptasi menurut piaget bisa terjadi apabila melalui proses penting yang disebut proses asimilasi dan akomodasi
       Asimilasi adalah memberikan tanggapan berdasarkan informasi dan pengetahuan yang telah ada
       Akomodasi adalah memberikan tanggapan kepada gejala yang berasal dari luar  yang menyebabkan terjadi perubahan pada sistem mental anak)

Untuk hidupnya hewan memerlukan pengetahuan tentang pristiwa yang ada disekitarnya  dan bagai mana melakukan sesuatu (membuat sarang)
Menurut anggapan piaget , mental manusia mempunyai dua pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang benda dan kejadian dan pengetahuan tentang bagaimana cara untuk melakukannya.
Piaget bekerja pada suatu badan yang memberikan suatu tes intelegensi anak , ternyata banyak anak yang menjawab jawaban yang salah, beliau berkesimpulan cara berpikir anak tidak sama dengan cara berpikir orang dewasa , hal ini disebabkan kesulitan anak untuk mengerti pengetahuan yang komplek

Menurut penelitian piaget cara berpikir seseorang berkembang secara bertahap , menurut teorinya seorang anak bukannya seperti tabung menanti untuk di isi dengan pengetahuan , tetapi secara aktif anak akan membangun  pengetahuan tentang dunia dan isinya melalui keterlibatannya . Pada perkembangan yang berbeda anak mempunyai kemampuan yang berbeda akhirnya memiliki pengetahuan yang berbeda pula

Piaget beranggapan bayi sejak lahir telah mempunyai sistem yang secara terus menerus mencari dan memberi tanggapan terhadap suatu rangsang  dengan melalukan secara terus menerus , proses tersebut melakukan penyesuaian yang dikenal sebagai adaptasi.
Menurut piaget adaptasi terjadi melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi (asimilasi adalah memberikan tanggapan berdasarkan informasi dan pengetahuan yang telah ada) sedangakan ( akomodasi adalah memberikan tanggapan kepada gejala yang berasal dari luar  yang menyebabkan terjadi perubahan pada sistem mental anak)
Ada 4 tahapan perkembangan mental anak :

1.       Tahap Sensorik (0 – 2 tahun )
Kecerdasan motorik (gerak ) dunia ( benda) yang ada adalah yang tampak tidak ada bahasa pada tahap awal
Ada 3 kemampuan penting yang dicapai anak pada masa sensori motor
a.       Kemampuan mengontrol secara internal dari dalam pikiran terhadap dunia nyata . dengan kata lain usia 2 tahun , anak mengalami pergantian persepsi dari motor murni ke arah simbol
b.      Perkembangan konsep kenyataan . pada tahap  ini  akan menyadari bahwa dunia ini ada dan tetap ada, sehingga anak akan mengetahui bahwa suatu benda itu ada
c.       Perkembangan pengertian beberapa sebab dan akibat

2.       Tahap Pre oprasional ( 2- 7 th )
Berpikir secara egosentris alasan –alasan didominasi oleh persepsi lebih banyak instuisi dari pada pemikiran logis belum banyak melakukan konservasi. ( instuisi adalah daya atau kemampuan mengetahui atau mema-hami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; gerak hati )
Egosentrik adalah anakmemandang sesuau dari sudut pandang dirinya sendiri
Contoh pada saat anak amin dia menggunakan aturannya sendiri , dan masih menganggap benda hidup dikatan sebagai benda hidup

3.       Tahap Konkret Operasional ( 7 – 11- th )
Dapat melakukan konservasi logika tentang kelas dan hubungan pengetahuan tentang angka berpikir terkait dengan yang nyata (Konservasi arti harfiah adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan, masa depan./ Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).

4.       Tahap Formal oprasional ( 7 – 15 th )
Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran yang sudah proporsional kemampuan untuk mengatasi hipotesis perkembangan idealisme yang kuat.              

TEORI KONSTRUKTIVISME



  1. Pandangan Teori Konstruktivisme tentang Belajar

Menurut teori konstruktivisme, belajar tidak sekedar menghafal. Agar siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan yang diperolehnya maka siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.
            Guru tidak mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di dalam benak mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan cara:
1.     Membuat informasi bermakna dan relevan dengan kebutuhan siswa.
2.     Memberi siswa kesempatan menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri.
3.     Menyadarkan siswa untuk menerapkan stategi mereka sendiri dalam belajar.
Esensi teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus secara individu menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks apabila mereka menginginkan informasi itu menjadi miliknya.
Menurut teori ini, di dalam belajarnya, siswa harus aktif menemukan dan menerapkan informasi kompleks, mengecek informasi baru, membandingkan dengan aturan lama, dan memperbaiki aturan itu apabila sudah tidak sesuai lagi. Perubahan kognitif terjadi apabila konsep-konsep sebelumnya mengalami disekuilibrasi saat dikaitkan dengan informasi baru.
Teori ini menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi siswa di dalam pembelajaran mereka sendiri dibandingkan dengan apa yang saat ini dilaksanakan pada mayoritas kelas. Karena penekanannya pada peran aktif siswa, strategi konstruktivisme sering disebut Pengajaran berpusat pada siswa (student centered instruction). Di dalam kelas yang berpusat pada siswa, peran guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberi ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.

  1. Sejarah Konstruktivisme
Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky, keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah menjadi suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi baru. Menekankan adanya hakikat social dari belajar, untuk menggunakan kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok berbeda-beda.
            Konstruktivisme modern yang berlandaskan pada teori Vygotsky menekankan pembelajaran kooperatif, berbasis kegiatan dan penemuan. Empat prinsip kunci yang diturunkan dari teorinya antara lain:
1.     Siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Dikenal prinsip hakikat social belajar
2.     Siswa belajar paling baik apabila konsep itu berada di dalam zona perkembangan terdekat mereka (Zone of proximal development). Yaitu tingkat perkembangan actual dan tingkat perkembangan potensial
3.     Prinsip pemagangan kognitif (cognitive apperenticeship), mengacu kepada proses seseorang yang secara tahap demi tahap memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan pakar.
4.     Prinsip Scaffolding atau mediated learning, adalah dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah.

  1. Pandangan Konstruktivis dalam Pembelajaran
Implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
    1. Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya.  Disaping kebenaran jawaban, siswa harus memahami proses yang digunakan siswa sehingga sampai pada jawaban tersebut.
    2. Proses Top – Down.
Pendekatan  konstruktivisme dalam pembelajar lebih menekankan kepada pengajaran top-down ketimbang bottom-up. Top-down berarti bahwa siswa mulai belajar dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya menemukan ketrampilan-ketrampilan dasar yang diperlukan.Berbeda dengan pembelajaran tradisional yang menekankan bottom-up, yang memulai dari keterampilan-keterampilan dasar, berangsur-angsur keketerampilan yang lebih tinggi dan seterusnya sampai keterampilan yang kompleks.
    1. Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)
Pembelajaran penemuan merupakan satu komponen penting di dalam pendekatan konstruktivisme. Di dalam pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip tersebut.
            Belajar dengan penemuan memiliki beberapa keuntungan antara lain: membangkitkan keingintahuan, memotivasi mereka untuk melanjutkannya dengan penelitian sehingga mereka menemukan jawabannya, belajar memecahkan masalah secara mandiri dan berlatih berpikir kritis (Nur, dkk, 2002)

    1. Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan teori bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya, maka pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran dilakukan melalui pembelajarn kooperatif.
Pada pembelajaran kooperatif, siswa secara rutin bekerja dalam kelompok 4-5 orang yang berkemampuan berbeda, untuk saling membantu memecahkan masalah yang kompleks.

    1. Pembelajaran Generatif
Strategi pembelajaran generatif mengajarkan siswa metode-metode spesifik dalam melakukan kerja mental menangani informasi baru. Pembelajaran generatif didasari teori yang menekankan pengintegrasian aktif materi baru denga skema yang ada di benak siswa.

    1. Pembelajaran dengan Pengaturan Diri (Self regulated learning)
Konstruktivisme memiliki wawasan siswa ideal, yaitu siswa sebagai seorang pebelajar yang memiliki kemampuan mengatur dirinya sendiri (Self regulated learner). Siswa yang mampu mengatur dirinya sendiri adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan tahu bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu.

    1. Scaffolding
Scaffolding didasarkan pada konsep Vygotsky tentang pembelajaran berbantuan. Fungsi mental yang lebih tinggi, termasuk kemampuan untuk mengarahkan memori dan atensi untuk tujuan tertentu dan kemampuan untuk berpikir dengan symbol-simbol, adalah perilaku yang memerlukan bantuan media.


Scaffolding berupa pemberian bantuan kepada siswa berupa bantuan yang lebih terstruktur pada awal pelajaran dan secara bertahap mengalihkan tanggungjawab belajar kepada siswa untuk bekerja atas arahan diri mereka sendiri.

    1. Mengajarkan Pemecahan Masalah dan Keterampilan Berpikir
a.     Pemecahan Masalah
Disadari atau tidak oleh seorang guru, menurut Gagne, bahwa hakikatnya hasil belajar yang paling tinggi yang harus dicapai adalah kemampuan untuk memecahkan masalah.
b.    Keterampilan Berpikir
Program keterampilan berpikir yang paling luas dikenal adalah instrumental enrichment. Yaitu program keterampilan berpikir di mana siswa mengerjakan latihan tes tertulis yang dirancang untuk mengembangkan berbagai kemampuan intelektual.

  1. Ciri-ciri Pendekatan Konstruktivisme
Beberapa cirri konstruktivisme dalam pembelajaran dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut:
    1. Mencaritahu dan menghargai titik pandang/pendapat siswa
    2. Pembelajaran dilakukan atas dasar pengetahuan awal siswa
    3. Memunculkan masalah yang relevan dengan siswa
    4. Menyusun pembelajaran yang menantang dugaan siswa
    5. Menilai hasil pembelajaran dalam konteks pembelajaran sehari-hari
    6. Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena focus belajar mereka pada proses pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dengan pengalaman/pengetahuan lama yang mereka punyai.
    7. Setiap pandangan sangat dihargai dan diperlukan. Siswa didorong untuk menemukan barbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi.
    8. Proses belajar harus mendorong adanya kerjasama, tapi bukan untuk bersaing. Proses belajar melalui kerjasama memungkinkan siswa untuk mengingat pelajaran lebih lama.
    9. Kontrol, kecepatan dan focus pembelajaran ada pada siswa.
    10. Pendekatan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak terlepas dengan yang dialami langsung oleh siswa.

  1. Kendala yang Mungkin Muncul dalam Penerapan Pembelajaran Konstruktivisme
Untuk keberhasilan penerapan suatu inovasi perlu diantisipasi kemungkinan hambatan dan kendala yang mungkin timbul. Di dalam penerapan konstruktivisme di dalam kelas, kendala-kendala yang seringkali muncul adalah sebagai berikut:
    1. Guru
a.     Sulit mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur bertahun-tahun menggunakan pendekatan tradisional. Guru tidak tertarik untuk melaksanakan konstruktivisme, karena guru konstruktivis dituntut untuk lebih kreatif dalam merencanakan pelajaran, memilih dan menggunakan media.
b.    Guru tetap mengajar dengan metode konvensional meskipun sudah mengikuti penataran. Ciri metode konvensional itu terpusat pada guru, chalk and talk, metode terbatas ceramah, tidak banyak alat peraga.
c.     Guru beranggapan bahwa mengajar dengan metode konvensional pun dapat mencapai tujuan. Guru beranggapan bahwa menggunakan metode baru akan menghambat tercapainya target kurikulum. Mereka beranggapan bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan banyak waktu.
d.    Ada sejumlah guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka.
e.     Guru merasa kesulitan memberi contoh-contoh kongkrit dan realistic
f.     Beban guru sudah terlampau banyak
g.    Guru masih beranggapan bahwa mengajar itu untuk menghadapi tes dan menekankan kepada drill. Guru mengajar sebagaimana mereka dulu diajar oleh guru mereka.
    1. Siswa dan Orang tua
a.     Siswa mengharapkan informasi dari guru, mencatat dan mengerjakan tes pilihan ganda
b.    Siswa beranggapan bahwa terlalu banyak bertanya itu tidak sopan
c.     Siswa telah terbiasa dengan pembelajaran yang berpusat pada guru
d.    Siswa dan Orang tua mungkin memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan proses belajar dan mengajar yang baru.
    1. Kurikulum
a.     Fleksibilitas kurikulum mungkin masih sangat sulit diterima oleh guru yang terbiasa dengan kurikulum yang terpusat
b.    Pendekatan konstruktivisme menuntut perubahan system evaluasi, yang munbgkin belum bias diterima oleh otorita pendidikan dalam waktu dekat
c.     Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari, kurikulum sarat.

  1. Menjadi Guru yang Konstruktivisme
    1. Guru yang konstruktivisme merangsang dan menerima inisiatif dan autonomi siswa
    2. Guru konstruktivisme menggunakan data mentah dan sumber primer bersama dengan manipulasi, interaktif dan materi fisik.
    3. Jika merancang tugas, guru konstruktivisme menggunakan istilah kognitif: klasifikasikanlah, analisislah, ramallah, prediksilah.
    4. Guru konstruktivisme mengguanakan respon siswa untuk mengarahkan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan mengubah isi pelajaran
    5. Guru konstruktivisme menggali pemahaman siswa tentang suatu konsep sebelum berbagi dengan pemahamannya sendiri tentang konsep itu.
    6. Guru konstruktivisme merangsang siswa untuk melakukan dialog, baik dengan guru maupun dengan sesame siswa.
    7. Guru konstruktivisme merangsang inkuiri dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan pemikiran, pertanyaan ujung terbuka, dan merangsang siswa untuk saling mengajukan pertanyaan sesamanya.
    8. Guru konstruktivisme memberikan waktu tunggu setelah mengajukan pertanyaan.

CONTOH PEMBUATAN PROPOSAL PTK SEKOLAH



Contoh Proposal Penelitian Tindakan Sekolah … Semoga bermanfaat … :)

A. Judul Penelitian :

     Penerapan ……………………..  Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di …………

B. Bidang Kajian :

     Bidang kajian yang akan diangkat pada penelitian tindakan sekolah ini adalah Model Pembelajaran ….

C. Latar Belakang Masalah (Pendahuluan) 

Sekolah merupakan lembaga formal yang berfungsi membantu khususnya orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Sekolah memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada anak didiknya secara lengkap sesuai dengan yang mereka butuhkan. Semua fungsi sekolah tersebut tidak akan efektif apabila komponen dari sistem sekolah tidak berjalan dengan baik, karena kelemahan dari salah satu komponen akan berpengaruh pada komponen yang lain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga pada jalannya sistem itu sendiri. salah satu dari bagian komponen sekolah adalah guru.
Guru dituntut untuk mampu menguasai kurikulum, menguasai materi, menguasai metode, dan tidak kalah pentingnya guru juga harus mampu mengelola kelas sedemikian rupa sehingga pembelajaran berlangsung secara aktif, inovatif dan menyenangkan. Namun demikian, menurut Erman Suherman (http : educare.e-fkipunla.net), umumnya guru masih mendominasi kelas, siswa pasif ( datang, duduk, nonton, berlatih, …., dan lupa). Guru memberikan konsep, sementara siswa menerima bahan jadi. Masih menurut Erman Suherman, ada dua hal yang menyebabkan siswa tidak menikmati (enjoy) untuk belajar, yaitu kebanyakkan siswa tidak siap terlebih dahulu dengan (minimal) membaca bahan yang akan dipelajari, siswa datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong. Lebih parah lagi, siswa tidak menyadari tujuan belajar yang sebenarnya, tidak mengetahui manfaat belajar bagi masa depannya nanti.
Berdasarkan pengamatan penulis di …., terdapat beberapa kendala pada pembelajaran selama ini antara lain :
  1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep.
  2. Siswa kurang aktif / siswa pasif dalam proses pembelajaran.
  3. Siswa belum terbiasa untuk bekerja sama dengan temannya dalam belajar.
  4. Guru kurang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
  5. Hasil nilai ulangan / hasil belajar siswa pada pembelajaran rendah.
  6. KKM tidak tercapai.
  7. Pembelajaran tidak menyenangkan bagi siswa.
  8. Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran.
Sebagai pendidik, penulis melihat pembelajaran menjadi kurang efektif karena hanya cenderung mengedepankan aspek intelektual dan mengesampingkan aspek pembentukan karakter. Hal ini tentu suatu hambatan bagi guru. Namun penulis ingin mengubah hambatan tersebut menjadi sebuah kekuatan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Untuk menjawab hal itu, penulis mencoba memberi solusi kepada guru-guru untuk menerapkan pembelajaran ……….. dengan menyusun berbagai perangkat pembelajaran yang dibutuhkan seperti : RPP, alat peraga, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang dibutuhkan untuk membantu guru dalam mengelola kelas dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.

D. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Apakah Penerapan …… dapat Meningkatkan Mutu Pembelajaran Siswa  ……. ”


2. Pertanyaan Penelitian

Secara operasional rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

  1. Apakah penerapan ……. dapat meningkatkan mutu pembelajaran siswa …….. ?
  2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru dalam penerapan ……. ?
  3. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan …… pada pembelajaran di kelas?
E. Cara Pemecahan Masalah

PTS ini dilaksanakan.
Melaksanakan model pembelajaran ….. pada bidang studi Matematika, IPA, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia.


F. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk :

  1. Untuk mengetahui apakah penerapan ….. dapat meningkatkan mutu pembelajaran siswa ….
  2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru dalam penerapan ….
  3. Untuk mengetahui respon siswa di kelas terhadap penerapan ….. pada pembelajaran di kelas.
2. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini, dilakukan dengan harapan memberikan manfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah. 


a. Manfaat bagi siswa :
  1. Memperoleh pengalaman belajar yang lebih menarik.
  2. Meningkatkan aktivitas siswa di dalam belajar.
  3. Meningkatkan penguasaan konsep.
  4. Menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat dalam kelompok/ membiasakan bekerja sama dengan teman
b. Manfaat bagi guru:
  1. Memperoleh alternatif baru yang dapat diterapkan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
  2. Memperoleh alternatif baru yang dapat diterapkan guru untuk peningkatan mutu pembelajaran.
c. Manfaat bagi sekolah :
  1. Meningkatkan prestasi sekolah dalam bidang akademis.
  2. Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme guru.
G. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian tindakan ini adalah :
”Dengan menerapkan model pembelajaran ……. dapat meningkatkan mutu pembelajaran siswa ……”


H. Kajian Teori

Pada bagian ini, penulis bermaksud mengemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan teori dan pengertian untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan PTS ini, sebagai gambaran yang tentu ada kaitannya dengan materi pembahasan. Isinya berupa teori-teori yang diambil dari berbagai sumber.
Metode berasal dari kata “Metho” yang berarti ‘melalui’ atau ‘melewati’, sehingga metode pengajaran berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu dalam hal ini tujuan pengajaran (Bambang Prawiro,1991). Jadi metode pengajaran merupakan suatu alat (di samping alat lain seperti alat penilaian, alat peraga) yaitu alat untuk menyampaikan bahan pelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.
Semakin majunya ilmu tentang mengajar (Metodologi Pengajaran), maka ada kriteria jenis metode modern dan metode tradisional. Kriteria yang dipergunakan pada umumnya adalah keaktifan siswa, metode dan dasar psikologis dari metode-metode itu. Menurut W.Gulo (2002:1) bahwa metode pengajaran adalah berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar mengajar (W.Gulo,2002:1).
Secara umum metode-metode itu dapat digolongkan ke dalam 2 jenis (Bambang Prawiro,1991)
1. Metode interaksi secara individual.
2. Metode interaksi secara kelompok.
Program pengajaran adalah perangkat kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang kita sebut dengan tujuan instruksional (W.Gulo,2002:1). Sehingga, dibutuhkan suatu perencanaan dalam pelaksanaan program suatu program pengajaran.
Definisi dari Prof. Dr. De Queljy dan prof. Gazali MA, pembelajaran adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Dalam hal ini pengertian waktu yang singkat sangat penting. Guru kurang memperhatikan bahwa diantara murid ada perbedaan individual, sehingga memerlukan pelayanan yang berbeda-beda. Bila semua murid dianggap sama kemampuan dan kemajuannya, maka bahan pelajaran yang diberikanpun akan sama dengan kenyataan.
Sedangkan karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi (Hornby dan Panwell,1972:49). Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian (Kamisa,1997:281).
Dalam Dorland’s Pocket Medical Dictionary (1968:126) dinyatakan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu. Di dalam kamus psikologi dinyatakan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat relative tetap (Dali Gulo,1982:29).
Dan dapat dinyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain (M. Furqon,2009:9).
A. Pengertian ……….. :
……………………………………………………………………………………………..
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib dilakukan dan diberikan seorang guru kepada anak didik. Karena ia merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien dalam pendidikan yang berkarakter adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan.
………………………………………………………………………
B. Manfaat …………………………….. :
    1. Penerapan ……………… dapat meningkatkan …………..
   2. Dasar sosial ……… adalah keterlibatan; dasar pendidikan ……….. adalah perbaikan atau peningkatan mutu.
C. Tahapan …………. :
     1………………………
     2 ……………………..
Gambar 2.2 Rancangan ……………………. :

D. Langkah-langkah Pelaksanaan …………… :
    1 …………………………………………..
    2 …………………………………………..
E. Model Pelaksanaan ……….. :
    1. ……………………………………………
    2. …………………………………………..
I. Metodologi Penelitian :

I. Setting Penelitian :
 
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP N 9 Cimahi kelas VIII tahun pelajaran ..... / ........ yang berjumlah ... orang, terdiri dari .... siswa laki-laki ... siswa perempuan. Karakteristik subjek penelitian : kelas ... mempunyai karakteristik prestasi yang sangat heterogen.

Faktor yang Diamati
Untuk menjawab pertanyaan yang dirumuskan dalam penelitian ada beberapa faktor yang akan diteliti, yaitu :
  1. Faktor hasil kegiatan berupa nilai siswa
  2. Faktor guru, mengamati aktivitas guru-guru selama melaksanakan ……. yaitu bagaimana guru membuat skenario pembelajaran dan menentukan topik yang sulit bagi anak tetapi akan menarik pada saat disajikan di kelas
  3. Faktor siswa, bagaimana respon siswa pada saat melaksanakan pembelajaran dengan ……. yang ditunjukkan dengan hasil angket.
II. Prosedur Penelitian

Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Sekolah, Dengan empat langkah pokok yaitu : Perencanaan tindakan, Pelaksanaan tindakan, Pengamatan (observasi), dan Refleksi, dengan melibatkan ......i. Penelitian dilakukan dua tahapan secara berkelanjutan selama 7 bulan. Indikator kinerja yang ditetapkan adalah peningkatan mutu pembelajaran dilihat dari hasil evaluasi, respon siswa terhadap pembelajaran dan keaktifan guru dalam kelompok MGMP ....... Aspek yang diukur dalam observasi adalah antusiasme guru SMP  terhadap ………. , interaksi guru dengan kepala sekolah, interaksi dengan guru dalam MGMP, kerja sama kelompok, aktivitas dalam diskusi kelompok.

1. Perencanaan Tindakan

a) Pemilihan topik
b) Melakukan review silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran. Selanjutnya bekerja dalam kelompok untuk menyusun rencana pembelajaran.
c) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
d) Merencanakan penerapan pembelajaran
e) Menentukan indikator yang akan dijadikan acuan
f) Mempersiapkan kelompok mata pelajaran
g) Mempersiapkan media pembelajaran.
h) Membuat format evaluasi

i) Membuat Format Observasi
j) Membuat angket respon guru dan siswa


2. Pelaksanaan Tindakan

Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah:

 Setiap tim yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara kelompok lain memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik.
  1. Guru yang ditunjuk oleh kelompok menggunakan masukan-masukan tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajaran.
  2. Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana pembelajarannya di depan kelas dan semua anggota kelompok ………… untuk mendapatkan umpan balik.
3. Pengamatan (observasi)
  1. Observer melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan lembar observasi
  2. Menilai tindakan dengan menggunakan format evaluasi.
  3. Pada tahap ini seorang guru melakukan implementasi rencana pembelajaran yang telah disusun, pakar dan guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Selain itu dilakukan pemotretan yang meng-close up kejadian-kejadian khusus selama pelaksanaan pembelajaran.

4. Refleksi
  1. Pertemuan refleksi segera dilakukan secepatnya setelah kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer, dan akhirnya komentar dari dosen atau pakar luar tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran, jika mereka mengulangnya di kelas masing-masing atau untuk topik yang berbeda.
  2. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan mendiskusikan tindakan bersama dengan pengamat/observer.
  3. Kesan penyaji/guru model tentang cara/strategi pembelajaran yang telah dilakukan.
  4. Tanggapan-tanggapan observer yang difokuskan pada pembelajaran siswa.
  5. Tanggapan balik dari penyaji/guru model.
  6. Kesimpulan dan saran untuk perbaikan pada tahap berikutnya.
Penelitian tindakan sekolah ini berhasil apabila :
  1. Peningkatan nilai rata-rata siswa kelas VIII dari 4 mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA) :
    Peningkatan nilai rata-rata 5.
  2. Tingkat Aktivitas Siswa dalam PBM :
    Tingkat keaktifan siswa dalam PBM dinilai berhasil apabila masing-masing aktivitas yang menunjang keberhasilan belajar persentasenya di atas 70 %.
  3. Keterlaksanaan langkah-langkah dalam ……… ≥ 80 %.
III. Data dan pengambilan Data

No Sumber Data Jenis Data Teknik Pengumpulan Instrumen
  1. Guru Langkah-langkah pembelajaran Observasi dan pemotretan Pedoman observasi KBM dan camera
  2. Siswa Hasil nilai ulangan mid semester ganjil dan genap pada 4 pelajaran, yaitu : B Indonesia, B Inggris, Matematika dan IPA Melaksanakan evaluasi tahapan 1
    Melaksanakan evaluasi tahapan 2 Soal mid semester ganjil
    Soal mid semester genap
  3. Guru Keterlaksanaan penerapan …….. Observasi Pedoman keterlaksanaan penerapan …
  4. Guru Respon guru terhadap penerapan …….. Penyebaran angket Angket respon guru
  5. Siswa Respon siswa terhadap penerapan …… Penyebaran angket Angket respon siswa
J. Indikator Keberhasilan

Penelitian tindakan sekolah ini berhasil apabila :
  1. Peningkatan nilai rata-rata siswa kelas VIII dari 4 mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA) :
    Peningkatan nilai rata-rata 5.
  2. Tingkat Aktivitas Siswa dalam PBM :
    Tingkat keaktifan siswa dalam PBM dinilai berhasil apabila masing-masing aktivitas yang menunjang keberhasilan belajar persentasenya di atas 70 %.
  3. Keterlaksanaan langkah-langkah dalam …… ≥ 80 %.
K. Tim Peneliti dan Tugasnya
  1. Peneliti
    Nama :
    N I P :
    Jabatan :
    Unit Kerja :
  2. Anggota Peneliti
    Nama :
    Jabatan :
    Unit Kerja :
L. Jadwal penelitian
No Jenis Kegiatan Bulan/Minggu ke/Tahun
  1. Penyusunan Proposal
  2. Analisis Pokok Bahasan dan Media
  3. Mendisain Model Pembelajaran
  4. Pelaksanaan PBM
  5. Evaluasi Hasil Belajar Siswa
  6. Pelaksanaan PBM dengan …
  7. Workshop …
  8. Evaluasi Proses Pembelajaran
  9. Analisis Hasil Evaluasi
  10. Penyusunan Laporan
M. Daftar Pustaka
http ://educare.e-fkipunla.net (Jurnal Pendidikan & Budaya)/maret 2009/Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran Matematika/Erman Suherman
http ://re-searchengines.com/1207trimo1.html Penelitian Tindakan Kelas
Ruseffendi, (2001). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika. Bandung : Modul
S Syaodih Nana, (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah(konsep,prinsif, dan instrumen). Bandung : Aditama.
Sudrajat Akhmad. Pendekatan Pembelajaran
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Wahyudin. (2002). Kapita Selekta Matematika Sekolah, JICA UPI
dll …