MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK
- Hakikat Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik dimaknai sebagai
pembelajran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya
tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapat
ditinjau dari mata pelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika. Lebih luas
lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa dan
seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi
kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk
memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran
yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang
dimunculakan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan yang
dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara
alamiah tentang dunia di sekitar mereka.
Pembelajaran tematik sebagai model
pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran
tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk pengaitan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5).
Istilah model pembelajaran terpadu
sebagai konsep sering dipersamakan dengan integrated
teaching and learning, integrated curriculum approach, a coherent curriculum
approach. Jadi berdasarkan istilah tersebut, maka pembelajaran terpadu pada
dasarnya lahir salah satunya dari pola pendekatan kurikulum yang terpadu (integrated curriculum approach). Definisi
mendasar tentang kurikulum terpadu dikemukakan oleh Humphreys, et.al. (1981:
11-12) bahwa:
“Studi terpadu adalah studi di mana para siswa dapat
mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan
dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan mereka. Ia melihat pertautan antara
kemanusiaan, seni komunikasi, ilmu pengetahuan alam, matematika, studi sosial,
musik dan seni. Keterampilan-keterampilan pengetahuan dikembangkan dan
diterapkan di lebih dari dari satu wilayah studi.”
Sementara Sri Anitah (2003)
menyatakan, bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep yang menggunakan
pendekatan pembelajaran yang melibatkan konsep-konsep secara terkoneksi baik
secara inter maupun antar mata pelajaran. Terjalinnya hubungan antar setiap
konsep secara terpadu, akan memasilitasi siswa untuk aktif terlibat dalam
proses pembelajaran dan mendorong siswa untuk memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
pengalaman-pengalaman nyata. Dengan demikian sangat dimungkinkan hasil belajar
yang diperoleh siswa akan lebih bermakna dibandingkan jika hanya dengan cara drill merespon tanda-tanda atau signal dari guru yang diberikan secara
terpisah-pisah.
Pembelajaran terpadu/tematik
menawarkan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu
relevan dan penuh makna bagi siswa, baik aktivitas formal maupun informal,
meliputi pembelajaran inquiri secara aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan
dan fakta secara pasif, dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman siswa
untuk membantunya mengerti dan memahami dunia kehidupannya. Cara pengemasan
pengalaman belajar yang dirancang oleh guru yang demikian akan sangat
berpengaruh terhadap kebermaknaan
pengalaman siswa dan menjadikan proses pembelajaran lebih efektif dan menarik.
Kaitan konseptual yang dipelajari dengan isi bidang studi lain yang relevan
akan membentuk skemata, sehingga akan diperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan dan kebulatan pandangan
tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui
pembelajaran terpadu (William dalam Udin
2006: 5).
Pembelajaran tematik sebagai bagian
daripada pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai (Panduan KTSP, 2007: 253) sebagai
berikut:
1.
Memudahkan pemusatan perhatian
pada satu tema tertentu.
2.
Siswa mampu mempelajari
pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi mata
pelajaran dalam tema yang sama.
3.
Pemahaman materi mata pelajaran
lebih mendalam dan berkesan.
4.
Kompetensi dasar dapat
dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman
pribadi siswa.
5.
Lebih dapat dirasakan manfaat
dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6.
Siswa lebih bergairah belajar
karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu
kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata
pelajaran lain.
7.
Guru dapat menghemat waktu
sebab mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan
sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi.
- Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Ada beberapa prinsip dasar
pembelajaran tematik, yaitu: 1. prinsip penggalian tema, 2. prinsip pengelolaan
pembelajaran, 3. prinsip evaluasi, dan 4. prinsip reaksi.
- Arti Penting Pembelajaran Tematik
Pembelajaran Tematik, sebagai model
pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompetensi peserta didik,
antara lain : Pertama, pembelajaran
tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman
langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget
yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada
kebutuhan dan perkembangan anak.
Kedua, pembelajaran tematik lebih
menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu,
guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan
unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. kaitan
konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga
siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan
penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa,
karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala
sesuatu sebagai satu kebutuhan (holistic).
Dengan pelaksanaan pembelajaran
dengan meanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu:
1.
Dengan menggabungkan beberapa
kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi
penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkandihilangkan;
2.
Siswa mampu melihat
hubungan-hubungan yang bermakan sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai
sarana atau alat, bukan tujuan akhir;
3.
Pembelajaran menjadi utuh
sehungga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak
terpecah-pecah; dan
4.
Dengan adanya pemaduan antar
mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
Selain itu Pembelajaran Tematik juga
memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang
mendasarinya, antara lain:
1.
Dunia anak adalah dunia nyata
2.
Proses pemahaman anak terhadap
suatu konsep dalam suatu peristiwa/obyek lebih terorganisir
3.
Pembelajaran akan lebih
bermakna
4.
Memberi peluang siswa untuk
mengembangkan kemampuan diri
5.
Memperkuat kemampuan yang
diperoleh
6.
Efisiensi waktu
- Karakteristik Pembelajaran Tematik
Ada beberapa karakteristik model
pembelajaran. Karakteristik dimaksud adalah:
1.
Berpusat pada siswa
2.
Memberikan pengalaman langsung
3.
Pemisahan mata pelajaran tidak
begitu jelas
4.
Menyajikan konsep dari berbagai
mata pelajaran
5.
Bersifat fleksibel
6.
Menggunakan prinsip belajar
sambil bermain dan menyenangkan
E. Landasan Teoritik dan Empirik Pembelajaran
Tematik
Pembelajaran tematik berangkat dari
pemikiran filosofis tertentu yang menekankan pada pembentukan kreativitas anak
didik dengan pemberian aktifitas yang didapat dari pengalaman langsung melalui
lingkungannya yang natural. Masing-masing anak didik memiliki potensi dan
motivasi yang unik dank khas yang perlu dikembangkan sedemikian rupa dengan
tetap memperhatikan karakteristik, keunikan dan kekhasannya itu. Pembelajaran
tematik berangkat dari 3 (tiga) landasan yaitu landasan filosofis, landasan
psikologis, dan landasan yuridis.
1.
Landasan
Filsofis
Pembelajaran
tematik berlandaskan pada filsafat pendidikan progresivisme, sedangkan
progresivisme berlandaskan pada filsafat naturalisme, realism dan pragmatisme.
Di samping itu pembelajaran tematik bersandar juga pada filsafat pendidikan
konstruktivisme dan humanisme.
Secara
filosofis bahwa anak didik mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan secara
signifikan dalam kehidupannya walaupun bersifat evolusionis. Karena lingkungan
hidup anak didik merupakan suatu dunia yang terus berproses secara evolusionis
pula.
Pengetahuan
anak didik adalah kumpulan kesan-kesan dan informasi yang terhimpun dalam
pengalaman empiric yang pertikular seharusnya siap untuk digunakan. Kesan-kesan
dari luar itu diterima oleh indera, di mana indera jasmani merupakan satu
kesatuan dengan rohani. Oleh karena itu jasmani dan rohani perlu mendapatkan
kebebasan dalam menerimak kesan-kesan dari lingkungannya dan dalam
memanifesatsikan kehendak dan tingkah lakunya. Dengan demikian pendidikan yang
diperlukan bag anak didik adalah pendidikan yang menyeluruh dan menyentuh aspek
jasmani dan ruhani dengan memberikan tempat yang wajar bagi anak didik.
2.
Landasan
Psikologis
Secara
teoritik maupn praktik, pembelajaran tematik berlandaskan pada psikologi
perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama
dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada anak
didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan
peserta didik.
Psikologi
belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran
tematik tersebut disampaikan kepada anak didik dan bagaimana pula anak didik
harus mempelajarinya. Dari sisi psikologi belajar dapat dijelaskan bahwa anak
didik:
a. Memiliki
kognitif, tidak diperoleh secara pasif, tetapi anak didik secara aktif
mengkonstruksi struktur kognitifnya.
b. Belajar
mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan anak didik.
c. Pengetahuan
sesuatu di konstruksi secara personal.
d. Pembelajaran
perlu melibatkan pengaturan situasi kelas.
e. Kurikulum
adalah seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber (Susan Marilyn dan Tonny,
1995: 222)
3.
Landasan
Yuridis
a. Undang
–undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, pasal 31 menyatakan bahwa setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
b. Undang-undang
No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 9 menyatakan bahwa setiap anak
berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
c. Undang-undang
No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab V pasal 1-b menyatakan
bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapat
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
F.
Teori
Pembelajaran yang Melandasai Model Pembelajaran Tematik
1. Teori Pembelajaran Jean
Piaget
Menurut
Jean Piaget (dalam Nur, 1998:11), seorang maju melaui empat tahap perkembangan
kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu: tahap sensimotor, pra operasional,
operasional kongkrit, dan operasi formal. Tahap-tahap perkembangan kognitif
tersebut dijabarkan dalam table sebagai berikut:
Tahap-tahap Perkembangan
Kognitif Piaget
Tahap
|
Perkiraan Usia
|
Kemampuan-Kemampuan
Utama
|
Sensimotor
|
Lahir sampai 2 tahun
|
Terbentuknya
konsep kepermanenan obyek dan kemajuan gradual dari perilaku refleksif ke
perilaku yang mengarah kepada tujuan.
|
Pra Operasinoal
|
2 sampai 7 tahun
|
Perkembangan
kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia.
Pemikiran masih egosentris dan sentrasi.
|
Operasi Kongkret
|
7 sampai 11 tahun
|
Perbaikan dan
kemampuan untuk berpikir logis. Kemampuan-kemampuan baru, termasuk penggunaan
operasi –operasi yang dapat-balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi, tapi
desentrasi dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.
|
Operasi Formal
|
11 tahun sampai dewasa
|
Pemikiran
abstrak dan murni simbolis mungkin dillakukan. Masalah-masalah dapat
dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.
|
2. Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Teori
pembelajaran konstruktivisme merupakan
teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang
menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
yang kompleks, mengecek informasi baru dengan atura-aturan lama, dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak berlaku lagi. Bagi siswa agar dapat
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan
masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan sudah payah dengan
ide-ide.
3.Teori Vygotsky
Teori
Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam psikologi perkembangan. Teori
Vygotsky menekankan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Menurut
Vygotsky, bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar
menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas itu masih berada
dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu masih berada dalam zone of proximal development (wilayah
perkembangan proksimal).
Contoh
dalam pembelajaran yaitu ketika akan mengajarkan materi hukum pembiasan cahaya,
siswa harus memiliki prasyarat pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya,
seperti siswa sudah memahami batasan lintasan cahaya pada medium homogen adalah
lurus, siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan pemantulan cahaya
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki pengetahuan seperti itu, maka
dalam menyampaikan materi hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami
siswa, di samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa itu.
4.
Teori
Bandura
Pemodelan
merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert
Bandura. Menurut bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan
secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain (Arends, 1997:69)
Seseorang
belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain
(model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan
pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali.
Dengan jalan ini memberikan kesempatan kepada orang tersebut untuk
mengekspresikan tingkah laku yang dipelajarinya.
Berdasarkan
pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura mengkalsifikasikan empat fase
belajar pemodelan yaitu:
a. Fase
Atensi
b. Fase
Retensi
c. Fase
Reproduksi
d. Fase
motivasi
5. Teori Bruner
Jerome
Bruner seorang ahli psikologi Harvard adalah salah seorang pelopor pengembangan
kurikulum terutama dengan pembelajaran penemuan (inkuiri).
Teori
Bruner yang selanjutnya disebut dengan pembelajran penemuan (inkuiri) adalah
satu model pengajaran yang menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur
materi (ide kunci) dari suatu ilmu yang dipelajari, perlunya belajar aktif
sebagai dasar dari pemahaman sebenarnya, dan nilai dari berpikir secara
induktif dalam belajar (pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan
pribadi). Menurut Bruner pembelajaran akan lebih bagi siswa bila mereka
memusatkan perhatian untuk memahami struktur materi yang dipelajari. Untuk
memperoleh strukur informasi, siswa harus aktif di mana mereka harus mengidentifikasikan sendiri
prinsip-prinsip kunci daripada hanya sekedar menerima penjelasan dari guru.
Oleh karena itu guru harus memunculkan masalah yang mendorong siswa untuk
melakukan kegiatan penemuan. Dalam pembelajaran melalui penemuan, guru memberikan
contoh dan siswa bekerja berdasarkan contoh tersebut sampai menemukan hubungan
antar bagian dari struktur materi (Woolfolk, 1997:317).
G.
Sintaks Model Pembelajaran Tematik
Sintaks Pembelajaran Tematik pada
dasarnya mengikuti langkah-langkah (sintak) pembelajaran terpadu. Secara umum
sintaks tersebut mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model
pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, dan tahap evaluasi (Prabowo,
2006: 6). Berkaitan dengan itu maka sintaks model pembelajaran tematik dapat direduksi dari berbagai model
pembelajaran seperti model pembelajaran langsung [direct instructions], model pembelajaran kooperatif [cooporative learning], maupun model
pembelajaran berdasarkan masalah [problem
based instructions].
Berdasarkan ketentuan tersebut ,
maka sintaks pembelajaran terpadu dapat bersifat luwes dan fleksibel.
Artinya, bahwa sintak dalam pembelajaran tematik dapat diakomodasi dai berbagai model pembelajaran yang dikenal
dengan istilah setting atau merekonstruksi.
Menurut Prabowo (2000), langkah-langkah (sintaks) pembelajaran terpadu
secara khusus dapat dibuat tersendiri berupa langkah-langkah baru dengan ada
sedikit perbedaan yakni sebagai berikut: Pertama,
Tahap Perencanaan. Pada tahap ini
hal-hal yang dilakukan oleh guru antara lain; (1) Menentukan Kompetensi Dasar;
dan (2) Menentukan Indikator dan Hasil Belajar. Kedua, Tahap Pelaksanaan
yang meliputi sub-tahap: (I) Proses
Pembelajaran Oleh Guru. Adapun langkah yang ditempuh guru, antara lain: (1)
Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa; (2) Menyampaikan
konsep-konsep pokok yang akan dikuasai oleh siswa; (3) Menyampaikan
keterampilan proses yang akan dikembangkan; (4) Menyampaikan alat dan bahan
yang dibutuhkan; dan (5) Menyampaikan pertanyaan kunci. (I) Tahap Manajemen, yang meliputi langkah-langkah: (1) Pengelolaan
kelas, dimana kelas dibagi dalam beberapa kelompok; (2) Kegiatan Proses; (3)
Kegiatan pencatat data; dan (4) Diskusi. Ketiga,
Evaluasi yang meliputi: (1) Evaluasi proses. Adapun hal-hal yang menjadi
perhatian dalam evaluasi proses terdiri dari: (a) Ketetapan hasil pengamatan;
(b) Ketetapan penyusunan alat dan bahan; dan (c) Ketetapan menganalisa data.
(2) Evaluasi hasil, yaitu penguasaan konsep-konsep sesuai indikator yang telah
ditetapkan. (3) Evaluasi psikomotorik, yaitu penguasaan penggunaan alat ukur.
Sedangkan menurut Hadisubroto (2000: 21), dalam merancang
pembelajaran terpadu sedikitnya ada empat hal yang perlu di perhatikan sebagai
berikut: (1) Menentukan Tujuan, (2) Menentukan materi/media, (3) Menyusun
skenario KBM, (4) Menentukan evaluasi.
1. Tahap Perencanaan
a.
Menentukan jenis mata pelajaran
dan jenis keterampilan yang dipadukan
b.
Memilih kajian Materi, Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator
c.
Menentukan sub keterampilan
yang dipadukan
d.
Merumuskan indikator hasil
belajar
e.
Menentukan langkah-langkah
pembelajaran
2.
Tahap Pelaksanan
3.
Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat evaluasi proses
pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Departemen
Pendidikan Nasional (1996: 6), hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi
pembelajaran terpadu.
(1)
Memberi kesempatan kepada siswa
untuk melakukan evaluasi diri disamping bentuk evaluasi lainnya.
(2)
Guru perlu mengajak para siswa
untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria
keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
Sintaks Pembelajaran
Tematik Dalam Setting Pembelajaran
Langsung Dan Pembelajaran Kooperatif
Tahap
|
Tingkah laku guru
|
Fase-1
Pendahuluan
|
1.
Mengaitkan pelajaran sekarang
dengan pelajaran sebelumnya
2.
Memotivasi siswa
3.
Memberikan pertanyaan kepada
siswa untuk mengetahui konsep-konsep prasyarat yang sudah diakui oleh siswa
4.
Menjelaskan tujuan
pembelajaran (Kompetensi Dasar dan Indikator)
|
Fase-2
Presentasi Materi
|
1.
Presentasi konsep-konsep yang
harus dikuasai oleh siswa melalui demonstrasi dan bahan bacaan
2.
Presentasi keterampilan
proses yang dikembangkan
3.
Presentasi alat dan bahan
yang dibutuhkan melalui bagan
4.
Memodelkan penggunaan
peralatan melalui bagan
|
Fase-3
Membimbing pelatihan
|
1.
Menempatkan siswa kedalam
kelompok-kelompok belajar
2.
Mengingatkan cara siswa
bekerja dan berdiskusi secara kelompok sesuai komposisi kelompok
3.
Membagi buku siswa dan LKS
4.
Mengingatkan cara menyusun
laporan hasil kegiatan
5.
Memberikan bimbingan seperlunya
6.
Mengumpulkan hasil kerja
kelompok setelah batas waktu yang ditentukan
|
Fase-4
Menelaah pemahaman dan
memberikan umpan balik
|
1.
Mempersiapkan kelompok
belajar untuk diskusi kelas
2.
Meminta salah satu anggota
kelompok untuk mempresentasikan kegiatan sesuai dengan LKS yang telah
dikerjakan
3.
Meminta anggota kelompok lain
menanggapi hasil hasil presentasi
4.
Membimbing siswa menyimpulkan
hasil diskusi
|
Fase-5
Mengembangkan dengan
memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
|
1.
Mengecek dan memberikan umpan
balik terhadap tugas yang dilakukan
2.
Membimbing siswa menyimpulkan
seluruh materi pembelajaran yang baru saja dipelajari
3.
Memberikan tugas rumah
|
Fase-6
Menganalisis dan
mengevaluasi
|
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap kinerja mereka
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar