SELAMAT DATANG DI BLOGSPOT.SAGAMULYA

SELAMAT DATANG DI BLOGSPOT.SAGAMULYA

Jumat, 08 Mei 2015

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK
  1. Hakikat  Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculakan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka.
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk pengaitan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5).
Istilah model pembelajaran terpadu sebagai konsep sering dipersamakan dengan integrated teaching and learning, integrated curriculum approach, a coherent curriculum approach. Jadi berdasarkan istilah tersebut, maka pembelajaran terpadu pada dasarnya lahir salah satunya dari pola pendekatan kurikulum yang terpadu (integrated curriculum approach). Definisi mendasar tentang kurikulum terpadu dikemukakan oleh Humphreys, et.al. (1981: 11-12) bahwa:
“Studi terpadu adalah studi di mana para siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan mereka. Ia melihat pertautan antara kemanusiaan, seni komunikasi, ilmu pengetahuan alam, matematika, studi sosial, musik dan seni. Keterampilan-keterampilan pengetahuan dikembangkan dan diterapkan di lebih dari dari satu wilayah studi.”
Sementara Sri Anitah (2003) menyatakan, bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan konsep-konsep secara terkoneksi baik secara inter maupun antar mata pelajaran. Terjalinnya hubungan antar setiap konsep secara terpadu, akan memasilitasi siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mendorong siswa untuk memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman nyata. Dengan demikian sangat dimungkinkan hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih bermakna dibandingkan jika hanya dengan cara drill merespon tanda-tanda atau signal dari guru yang diberikan secara terpisah-pisah.
Pembelajaran terpadu/tematik menawarkan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna bagi siswa, baik aktivitas formal maupun informal, meliputi pembelajaran inquiri secara aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan dan fakta secara pasif, dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman siswa untuk membantunya mengerti dan memahami dunia kehidupannya. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang oleh guru yang demikian akan sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman siswa dan menjadikan proses pembelajaran lebih efektif dan menarik. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan isi bidang studi lain yang relevan akan membentuk skemata, sehingga akan diperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan dan kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu (William dalam Udin 2006: 5).
Pembelajaran tematik sebagai bagian daripada pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai (Panduan KTSP, 2007: 253) sebagai berikut:
1.      Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu.
2.      Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3.      Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4.      Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5.      Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6.      Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain.
7.      Guru dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi.
  1. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Ada beberapa prinsip dasar pembelajaran tematik, yaitu: 1. prinsip penggalian tema, 2. prinsip pengelolaan pembelajaran, 3. prinsip evaluasi, dan 4. prinsip reaksi.
  1. Arti Penting Pembelajaran Tematik
Pembelajaran Tematik, sebagai model pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompetensi peserta didik, antara lain : Pertama, pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Kedua, pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu kebutuhan (holistic).
Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan meanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu:
1.        Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkandihilangkan;
2.        Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakan sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir;
3.        Pembelajaran menjadi utuh sehungga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah; dan
4.        Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
Selain itu Pembelajaran Tematik juga memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain:
1.    Dunia anak adalah dunia nyata
2.    Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/obyek lebih terorganisir
3.    Pembelajaran akan lebih bermakna
4.    Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri
5.    Memperkuat kemampuan yang diperoleh
6.    Efisiensi waktu
  1. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Ada beberapa karakteristik model pembelajaran. Karakteristik dimaksud adalah:
1.    Berpusat pada siswa
2.    Memberikan pengalaman langsung
3.    Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
4.    Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
5.    Bersifat fleksibel
6.    Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
  E.  Landasan Teoritik dan Empirik Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik berangkat dari pemikiran filosofis tertentu yang menekankan pada pembentukan kreativitas anak didik dengan pemberian aktifitas yang didapat dari pengalaman langsung melalui lingkungannya yang natural. Masing-masing anak didik memiliki potensi dan motivasi yang unik dank khas yang perlu dikembangkan sedemikian rupa dengan tetap memperhatikan karakteristik, keunikan dan kekhasannya itu. Pembelajaran tematik berangkat dari 3 (tiga) landasan yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis.
1.    Landasan Filsofis
Pembelajaran tematik berlandaskan pada filsafat pendidikan progresivisme, sedangkan progresivisme berlandaskan pada filsafat naturalisme, realism dan pragmatisme. Di samping itu pembelajaran tematik bersandar juga pada filsafat pendidikan konstruktivisme dan humanisme.
Secara filosofis bahwa anak didik mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan secara signifikan dalam kehidupannya walaupun bersifat evolusionis. Karena lingkungan hidup anak didik merupakan suatu dunia yang terus berproses secara evolusionis pula.
Pengetahuan anak didik adalah kumpulan kesan-kesan dan informasi yang terhimpun dalam pengalaman empiric yang pertikular seharusnya siap untuk digunakan. Kesan-kesan dari luar itu diterima oleh indera, di mana indera jasmani merupakan satu kesatuan dengan rohani. Oleh karena itu jasmani dan rohani perlu mendapatkan kebebasan dalam menerimak kesan-kesan dari lingkungannya dan dalam memanifesatsikan kehendak dan tingkah lakunya. Dengan demikian pendidikan yang diperlukan bag anak didik adalah pendidikan yang menyeluruh dan menyentuh aspek jasmani dan ruhani dengan memberikan tempat yang wajar bagi anak didik.
2.    Landasan Psikologis
Secara teoritik maupn praktik, pembelajaran tematik berlandaskan pada psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada anak didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.
Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada anak didik dan bagaimana pula anak didik harus mempelajarinya. Dari sisi psikologi belajar dapat dijelaskan bahwa anak didik:
a.    Memiliki kognitif, tidak diperoleh secara pasif, tetapi anak didik secara aktif mengkonstruksi struktur kognitifnya.
b.    Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan anak didik.
c.    Pengetahuan sesuatu di konstruksi secara personal.
d.   Pembelajaran perlu melibatkan pengaturan situasi kelas.
e.    Kurikulum adalah seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber (Susan Marilyn dan Tonny, 1995: 222)
3.    Landasan Yuridis
a.    Undang –undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
b.    Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 9 menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
c.    Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab V pasal 1-b menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
F.                                                                                                                    Teori Pembelajaran yang Melandasai Model Pembelajaran Tematik
1.   Teori Pembelajaran Jean Piaget
Menurut Jean Piaget (dalam Nur, 1998:11), seorang maju melaui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu: tahap sensimotor, pra operasional, operasional kongkrit, dan operasi formal. Tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut dijabarkan dalam table sebagai berikut:
Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap
Perkiraan Usia
Kemampuan-Kemampuan Utama
Sensimotor
Lahir sampai 2 tahun
Terbentuknya konsep kepermanenan obyek dan kemajuan gradual dari perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan.
Pra Operasinoal
2 sampai 7 tahun
Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi.
Operasi Kongkret
7 sampai 11 tahun
Perbaikan dan kemampuan untuk berpikir logis. Kemampuan-kemampuan baru, termasuk penggunaan operasi –operasi yang dapat-balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi, tapi desentrasi dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.
Operasi Formal
11 tahun sampai dewasa
Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dillakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.
2. Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan  teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi yang kompleks, mengecek informasi baru dengan atura-aturan lama, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak berlaku lagi. Bagi siswa agar dapat memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan sudah payah dengan ide-ide.
3.Teori Vygotsky
Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam psikologi perkembangan. Teori Vygotsky menekankan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Menurut Vygotsky, bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu masih berada dalam zone of proximal development (wilayah perkembangan proksimal).
Contoh dalam pembelajaran yaitu ketika akan mengajarkan materi hukum pembiasan cahaya, siswa harus memiliki prasyarat pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya, seperti siswa sudah memahami batasan lintasan cahaya pada medium homogen adalah lurus, siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki pengetahuan seperti itu, maka dalam menyampaikan materi hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa, di samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa itu.
4.   Teori Bandura
Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain (Arends, 1997:69)
Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali. Dengan jalan ini memberikan kesempatan kepada orang tersebut untuk mengekspresikan tingkah laku yang dipelajarinya.
Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura mengkalsifikasikan empat fase belajar pemodelan yaitu:
a.    Fase Atensi
b.   Fase Retensi
c.    Fase Reproduksi
d.   Fase motivasi
5. Teori Bruner
Jerome Bruner seorang ahli psikologi Harvard adalah salah seorang pelopor pengembangan kurikulum terutama dengan pembelajaran penemuan (inkuiri).
Teori Bruner yang selanjutnya disebut dengan pembelajran penemuan (inkuiri) adalah satu model pengajaran yang menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi (ide kunci) dari suatu ilmu yang dipelajari, perlunya belajar aktif sebagai dasar dari pemahaman sebenarnya, dan nilai dari berpikir secara induktif dalam belajar (pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi). Menurut Bruner pembelajaran akan lebih bagi siswa bila mereka memusatkan perhatian untuk memahami struktur materi yang dipelajari. Untuk memperoleh strukur informasi, siswa harus aktif di mana   mereka harus mengidentifikasikan sendiri prinsip-prinsip kunci daripada hanya sekedar menerima penjelasan dari guru. Oleh karena itu guru harus memunculkan masalah yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan penemuan. Dalam pembelajaran melalui penemuan, guru memberikan contoh dan siswa bekerja berdasarkan contoh tersebut sampai menemukan hubungan antar bagian dari struktur materi (Woolfolk, 1997:317).
G.                                                                                                                  Sintaks Model Pembelajaran Tematik
Sintaks Pembelajaran Tematik pada dasarnya mengikuti langkah-langkah (sintak) pembelajaran terpadu. Secara umum sintaks tersebut mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi (Prabowo, 2006: 6). Berkaitan dengan itu maka sintaks model pembelajaran tematik dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran seperti model pembelajaran langsung [direct instructions], model pembelajaran kooperatif [cooporative learning], maupun model pembelajaran berdasarkan masalah [problem based instructions].
Berdasarkan ketentuan tersebut , maka sintaks pembelajaran terpadu dapat bersifat luwes dan fleksibel. Artinya, bahwa sintak dalam pembelajaran tematik dapat diakomodasi dai berbagai model pembelajaran yang dikenal dengan istilah setting atau merekonstruksi.
Menurut Prabowo (2000), langkah-langkah (sintaks) pembelajaran terpadu secara khusus dapat dibuat tersendiri berupa langkah-langkah baru dengan ada sedikit perbedaan yakni sebagai berikut: Pertama, Tahap Perencanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan oleh guru antara lain; (1) Menentukan Kompetensi Dasar; dan (2) Menentukan Indikator dan Hasil Belajar. Kedua, Tahap Pelaksanaan yang meliputi sub-tahap: (I) Proses Pembelajaran Oleh Guru. Adapun langkah yang ditempuh guru, antara lain: (1) Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa; (2) Menyampaikan konsep-konsep pokok yang akan dikuasai oleh siswa; (3) Menyampaikan keterampilan proses yang akan dikembangkan; (4) Menyampaikan alat dan bahan yang dibutuhkan; dan (5) Menyampaikan pertanyaan kunci. (I) Tahap Manajemen, yang meliputi langkah-langkah: (1) Pengelolaan kelas, dimana kelas dibagi dalam beberapa kelompok; (2) Kegiatan Proses; (3) Kegiatan pencatat data; dan (4) Diskusi. Ketiga, Evaluasi yang meliputi: (1) Evaluasi proses. Adapun hal-hal yang menjadi perhatian dalam evaluasi proses terdiri dari: (a) Ketetapan hasil pengamatan; (b) Ketetapan penyusunan alat dan bahan; dan (c) Ketetapan menganalisa data. (2) Evaluasi hasil, yaitu penguasaan konsep-konsep sesuai indikator yang telah ditetapkan. (3) Evaluasi psikomotorik, yaitu penguasaan penggunaan alat ukur.
Sedangkan menurut Hadisubroto (2000: 21), dalam merancang pembelajaran terpadu sedikitnya ada empat hal yang perlu di perhatikan sebagai berikut: (1) Menentukan Tujuan, (2) Menentukan materi/media, (3) Menyusun skenario KBM, (4) Menentukan evaluasi.
1.  Tahap Perencanaan
a.    Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan
b.   Memilih kajian Materi, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator
c.    Menentukan sub keterampilan yang dipadukan
d.   Merumuskan indikator hasil belajar
e.    Menentukan langkah-langkah pembelajaran
2.    Tahap Pelaksanan
3.    Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan Nasional (1996: 6), hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
(1)     Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri disamping bentuk evaluasi lainnya.
(2)     Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
Sintaks Pembelajaran Tematik Dalam Setting Pembelajaran Langsung Dan Pembelajaran Kooperatif
Tahap
Tingkah laku guru
Fase-1
Pendahuluan
1.      Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnya
2.      Memotivasi siswa
3.      Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep prasyarat yang sudah diakui oleh siswa
4.      Menjelaskan tujuan pembelajaran (Kompetensi Dasar dan Indikator)
Fase-2
Presentasi Materi
1.      Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa melalui demonstrasi dan bahan bacaan
2.      Presentasi keterampilan proses  yang dikembangkan
3.      Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui bagan
4.      Memodelkan penggunaan peralatan melalui bagan
Fase-3
Membimbing pelatihan
1.      Menempatkan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
2.      Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok sesuai komposisi kelompok
3.      Membagi buku siswa dan LKS
4.      Mengingatkan cara menyusun laporan hasil kegiatan
5.      Memberikan bimbingan seperlunya
6.      Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yang ditentukan
Fase-4
Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik
1.      Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelas
2.      Meminta salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan kegiatan sesuai dengan LKS yang telah dikerjakan
3.      Meminta anggota kelompok lain menanggapi hasil hasil presentasi
4.      Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi
Fase-5
Mengembangkan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
1.     Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang dilakukan
2.     Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materi pembelajaran yang baru saja dipelajari
3.     Memberikan tugas rumah
Fase-6
Menganalisis dan mengevaluasi
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar